Rabu, 04 Februari 2015

Salamah Bin Al-Akwa'


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_Salamah Bin Al-Akwa’_
(Pahlawan Pasukan Jalan Kaki)
Putranya Iyas ingin menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam suatu kalimat singkat, katanya:
“Bapakku tak pernah berdusta”, memang untuk mendapatkan kedudukan tinggi diantara orang-orang shaleh-shaleh dan budiman, cukuplah bagi seseorang dengan memiliki sifat-sifat ini. Dan Slamah bi Al-akwa’telah memilikinya, suatu hal yang memang wajar baginya.
Salamah salah seorang pemanah bangsa Arab yang terkemuka, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan, dan ketika ia menyerahkan dirinya menganut Agama Islam, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati, hingga ditempalah oleh Agama itu sesuai dengan coraknya yang agung.
Salamah bin al-akwa’ termasuk pula tokoh-tokoh Bai’atur Ridwan.
Ketika pada tahun 6 H. Rasululloh saw. bersama para shahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah tetapi dihalangi oleh orang-orang Quraisy, maka Rasululloh saw. mengutus Utsman bin ‘Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-sekali bukan untuk berperang.
Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraisy.Rasululloh saw. lalu duduk dibawah naungan sebatang pohon m,enerima bai’at sehidup emati dari shahabatnya seorang demi seorang. Berceritalah Salamah:
“Aku mengatakan bai’at kepada Rasululloh saw. di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak berapa banyak lagi, Rasululloh saw. bertanya:
Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut bai’at?
”Aku telah bai’at, wahai Rasululloh saw.”, ujarku.
Ulanglah kembali”, titah Nabi. Maka kuucapkan bai’at itu kembali”.
Dan Salamah telah memenuhi isi bai’at itu sebaik-baiknya, bahkan sebelum diikrarkan nya, yakni semenjak ia mengucapkan dua kalimat syahadat, itu berarti dia  telah dinai’at.
Kata Salamah:
“Aku berperang bersama Rasuluuloh sebanyak tujuh kali dan bersama Zaid bin Harits sebanyak sembilan kali”.
Salamah terkenal sebagai tokoh paling mahir peperangan jalan kaki, dan dalam memanah serta melemparkan tombak dam lembing, siasat yang dijalankannya serupa dengan perang gerilya, yang kita jumpai sekarang ini. Jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur kebelakang, tetapi bila mereka kembali atau berhenti untuk beristirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun.
Dengan siasat seperti ini ia mampu seorang diri mengahalau tentara yang menyerang luar kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan al-Fizari dalam suatu peperangan yang disebut perang Dzi Qarad. Ia pergi membuntuti mereka seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi membawa bala bantuan yang terdiri dari shahabat-shahabatnya.
Pada hari itulah Rasululloh saw. menyatakan kepada para shahabatnya:
“Tokoh pasukan jalan kaki yang terbaik adalah Salamah bin al-Akwa’…”.
Tidak pernah Salamah berhati kesal dan merasa kecewa, kecuali ketika tewas saudaranya yang bernama ‘Amir bin al-Akwa’ di perang Khaibar.
Ketika itu ‘Amir mengucapkan pantun dengan suara keras dihadapan tentara Islam, katanya:
“Kalau tidak karena-Mu tidaklah kami kan dapat hidayat
Tidak akan sholat dan tidak akan pula berzakat
maka turunkanlah ketetapan kedalam hati kami
dan dalam berperang nanti, teguhkanlah kaki-kaki kami”.
Dalam peperangan itu’Amir memukulkan pedangnya kepada salah seorang musyrik, tetapi rupanya pedang yang digenggamnya hulunya itu melantur dan terbalik hingga menghujam pada uban-ubannya yang menyebabkan kematiannya.
Beberapa orang Islam berkata:
“Kasihan ‘Amir, ia terhalang mendapatkan mati syahid”.
Maka pada waktu itu, dan hanya sekali itulah Salamah merasa kecewa sekali. Ia menyangka sebagai sangkaan shahabat-shahabatnya bahwa saudaranya ‘Amir itu tidak mendapatkan pahala berjihad dan sebutan mati syahid disebabkan ia telah bunuh diri tanpa sengaja.
Tetapi Rasululloh saw. yang pengasih itu, segera mendudukkan perkara pada tempat yang sebenarnya, yaitu ketika Salamah datang kepadanya bertanya:
“Wahai Rasululloh saw., betulkah pahala ‘Amir itu gugur?”.
Maka Rasululloh saw. menjawab:
Ia gugur bagai pejuang
bahkan mendapat dua macam pahal
dan sekarang ia sedang berenang
di sungai-sungai surga
”.
Kedermawaan Salamah telah cukup terkenal, tetapi ada hal yang luar biasa, hingga ia akan mengabulkan permintaan itu atas nama Alloh.
Hal ini rupanya diketahui orang-orang itu. Maka jika seseorang ingin tyuntutannya berhasil, ia akan mengatakan keapadanya:
“Kuminta padamu atas nama Alloh, mengenai ini, Salamah pernah berkata: “Jika bukan atas nama Alloh, atas nama siapa lagi kita akan diberi?”.
Sewaktu Ustman r.a. dibunuh orang, pejuang yang perkasa ini merasa bahea fitnah telah menyulyti Kaum Muslimin, ia seorang yang telah menghabiskan usianya selama ini untuk berjuang bahu-membahu dengan sudara seagamanya, tak sudi berperang menghadapi saudara seagama.
Seorang tokoh yang telah mendapat pujian dari Rasululloh saw. tentang keahliannya dalam memerangi orang-orang musyrik, tidaklah pada tempatnya ia menggunakan keahliannya itu dalam memerangi atau membunuh orang-orang Mu’min. itulah sebabnya ia mengemasi barang-barangnya lalu meninggalkan Madinah berangkat menuju Rabdzah, yaitu kampung yang dipilih oleh Abu Dzar dulu sebagai tempat berhijrah dan pemukiman baru,
Maka di Rabdzah inilah Salamah melanjutkan sisa hidupnya, pada suatu hari tahun 74 H, hatinya merasa rindu berkunjung ke Madinah, maka berangkatlah ia untuk memenuhi rindunya itu, Ia tinggal di Madinah satu atau dua hari dan pada hari ketiga ia pun wafat. Demikianlah, rupanya tanahnya yang tercinta dan lembut empuk itu memanggil putranya ini untuk m,erangkulnya ke dalam pelukannya dan memberikan ruangan baginya di lingkungan shahabat-shahabatnya yang beroleh berkah bersama para syuhada’ yang shaleh.
Ikhwan dan Akhwat yang sangat saya cintai, dalam kisah shahabat Rasululloh ini kita patut mencontoh keberanian seorang Salamah yang rela mati demi membela Agama Islam dan menjadi seorang muslim yang selalu menjalankan semua perintah Alloh SWT, dan menjauhi larangan-Nya.
Kita juga bias mencontoh sifatnya yang pandai menjalankan sebuah siasat atau strategi yang patut diacungi jempol, bahkan Rasululloh memuji keahliannya itu.
Mari shahabat kita jadikan diri kita sebagai seorang yang berani membela kebenaran dan tidak merasa malu untuk menjalankan syari’at Islam dimanapun dan kapanpun. Janganlah kita biarkan diri kita ini terbelenggu menjadi seorang muslim yang duniawi, cukuplah kita jadikan dunia ini sebagai lading untuk berlomba-lomba dalam mencari kebaikan atau amal perbuatan yang di ridloi Alloh SWT. Dan janganlah kita mudah tergoda dengan tipu daya syeitan yang selalu berusaha mengajak manusia menuju kesesatan dan jalan yang dimurkai ALloh, karena ingatlah bahwa syeitan benar-benar musuh yang nyata.
“Cabutlah penyakit hati pada diri kita, dan Tanamlah kembali hati kita dengan ketaqwaan kepada Alloh SWR”
_Semoga Bermanfaat_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar