Rabu, 04 Februari 2015

‘Abbad Bin Bisyri


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_‘Abbad Bin Bisyri_
(Selalu Disertai Cahaya Alloh)
Ketika Mush’ab bin Umeir tiba di madinah sebagai utusan dari Rasululloh saw. untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah Ba’iat kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan sholat, maka ‘Abbad bin Bisyri r.a. adalah seorang budiman yang dibukakan hatinya oleh Alloh SWT untuk menerima kebaikan. Ia datang menghadiri majlis Mush’ab dan mendengarkan da’wahnya, lalu diulurkan tangannya mengangkat bai’at memeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama diantara orang-orang Anshar yang diridhoi oleh Alloh serta mereka ridho kepada Alloh.
Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu’min tiba disana. Dan mulailah terjadi peperangan-peprangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan ummat Isalm. Kekuatan gelap dan cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan pembawa kejahatan. Dan pada setiap peperangan iti ‘Abbad bin Bisyri berada di barisan yang terdepan, berjihad di jalan Alloh SWT dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan.
Setelah Rasululloh saw. dan Kaum Muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam disana, Rasululloh saw. memilih beberapa orang shahabatnya untuk berkawal secara bergiliran. Diantara mereka terpilih ‘Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyri yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh ‘Abbad bahwa kawannya ‘Ammar sedang lelah, diusulkannyalah agar ‘Ammar tidur terlebih dahulu dan ia akan berkawal. Dan nanti bila ia mendapatkan istirahat yang cukup, maka giliran ‘Ammar berkawal menggantikannya.
Tiba-tiba sementara ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Qur’an setelah Al-Fatihah, sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya, maka dicabutnya anak panah itu dan di teruskannya sholat.
Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota bedannya.
Tetapi ia tak hendak menghentikan sholatnya , dan ia hanya mencabut anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.
Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lagi untuk ketiga kalinya . ‘Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ruku’ dan sujud. Sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah, lalu sementara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawannya yang sedang tidur disampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun. Saat itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan sholatnya.
‘Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang terputus-putus menahan sakit,
“Gantikan aku mengawal, karena aku telah kena….” ‘Ammar menghambur dari tidurnya hingga membuat kegaduhan dan takutnya musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang ‘Ammar berpaling kepada temannya seray berkata,
“Subhanalloh, kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi?”
Ujar ‘Abbad:
“Ketika daku sholat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang amatb mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin memutuskannya, dan demi Alloh, kalau tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita untuk menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu”
‘Abbad amat cinta sekali kepada Alloh, kepada Rasululloh dan kepada Agamanya. Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semejak Nabi saw. berpidato dan mengarahkan pembicaraannya kepad Kaum Anshar, ia telah termasuk salah seorang diantara mereka. Sabdanya:
“Hai golongan Anshar! Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari. Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian”
Semenjak ‘Abbad mendengar ucapan dari Rasululloh, ia rela menyerahkan harta benda, nyawa, dan hidupnyauntuk jalan Alloh SWT.
Disamping itu dia adalah seorang ahli ibadahyang tekun seorang pahlawan yang gigih dalam berjuangmelawan orang-orang kafir dan membela kebenaran dibawah panji-panji Islam, dan dia selalu berada dijalan Alloh.
Dalam peperangan melawan orang-orang murtad sepeninggal Rasululloh saw., maka ‘Abbad memikul tanggung jawab dengan keberaniannya yang tak ada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah dimana Kaum Muslimin menghadapi balatentara yang paling kejam dan paling berpengalaman di bawah pimpinan Musailamtul Kaddzab, ‘Abbad melihat bahaya besar yang menagancam Islam. Maka jiwa pengurabanan dan teras kepahlawanannya mengambill bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya prajurit yang berani mati, yang tak menginginkan kecuali mati syahiddijalan Alloh SWT.
Sehari sebelum perang Yamamah seorang shahabat mulia Abu Sa’id al-Khudri r.a. untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh ‘Abbad tersebut begitupun tabirnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertemp[uran yang berakhir dengan syahid, demikian cerita Abu Sa’id:
“’Abbad bin Bisyri mengatakan kepadaku: “Hai Abu Sa’id saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untuk ku, kemudian tertutup lagi, Saya yakin bahwa tabirnya Insya Alloh akan menemui syahidnya” ”Demi Alloh” ujarku,”itu adalah mimpi yang baik” dan diwaktu perang Yamamh itu saya melihat ia berseru kepada orang-orang Anshar:
“Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian” Maka segeralah menyerbu mengirimkannya sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka kepintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani. Ketika itu ‘Abbad (semoga Alloh memberinya rahmat) menemui syahidnya. Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhny.”
Sungguh benar mimpi itu dan benarlah pula tabirnya, pintu-pintu langit terbuka untuk menyambut ruh ‘Abbad bin Bisyri dengan gembira, yaitu seorang tokoh yang diberi Alloh cahaya.
Ikhwan dan Akhwat yang berbahagia, dari cerita ini kita bisa mengambil hikmah yang sangat berharga, bahwa Alloh akan membukakan pintu hidayahnya bagi orang ynag mau bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan benar-benar ingin menjadi seorang muslim yang disertai cahay Alloh dalam setiap langkahnya.
Kita dapat meneladani sifat dari seorang ‘Abbad yang dengan sungguh-sungguh dalam membela Agama Islam dan selalu melakukan apa yang menjadi perintah Alloh yang telah disabdakan oleh Rasululloh dalam setiap ucapannya, oleh karena itu mari kita yang sekarang sudah hidup mudah, dan tidak perlu susah berperang seperti para shahabat Rasul dan Rasululloh terdahulu.
Mari kita tingkatkan amalan baik kita dengan niat yang benar dan karena Alloh SWT, dan tidak semata-mata karena ingin dipuji orang
Kuatkan Iman dan ‘Aqidah, Tambahkan Akhlaqul Karimah, terus manjalankan perintah Alloh dan Jauhi semua larangan Alloh.
_Semoga Bermanfaat_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar