Rabu, 04 Februari 2015

‘Imran bin Husnain


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_‘Imran bin Husnain_
(Menyerupai Malaikat)
Di tahun perang Khaibarlah ia datang kepada Rasululloh saw. untuk dibai’at, dan semenjak itu, ia menaruh tangan kanannya ditangan Rasul , maka tangan kanannya beroleh penghormatan besar, hingga bersumpahlah ia pada dirinya sendiri tidak akan menggunakannya kecuali untuk perbuatan utama dan mulia.
Pertanda ini merupakan suatu bukti jelas bahwa pemiliknya mempunyai perasaan yang halus.
‘Imran bin Hushain r.a. merupakan gambaran yang btepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan keshalehan serta mati-matian dalam mencintai Alloh dan menaati-Nya. Walaupun ia mendapat petunjuk dan taufik Alloh yang tidak terkira, tetapi ia sering menangis mencucurka air mata, ratapnya: “Wahai, kenapa aku tidak menjadi debu yang diterbangkan angin saja..”
Orang-orangitu takut kepada Alloh bukanlah karena banyak melakukan dosa, setelah menganut Islam, boleh dibilang dosa mereka sedikiy sekali, mereka takut dan cemas karena menilai keagungan dan kesabaran-Nya, bagaimanapun mereka beribadat ruku’ dan sujud, tetapi ibadatnya dan syukurnya itu belumlah memadai ni’mat yang telah mereka terima.

Pernah suatu saat beberapa orang shahabat menanyakan pada Rasululloh saw.:
“Ya Rasululloh, kenapa kami ini? bila kami berada disisimu, hati kami menjadi lunakhingga tidak menginginkan dunia lagi, seolah-olah akhirat itu kita lihat sendiri dengan mata kepala kita. Tetapi demi kami meninggalkanmu dan kami berada dilingkungan keluarga, anak-anak, dan dunia kami, maka kami pun telah lupa diri”.
Ujar Rasululloh saw.:
Demi Alloh, yang nyawaku berada ditangan-Nya, seandainya kalian selalu berada dalam suasana seperti sisiku, tentulah malaikat akan menampakkan dirinya menyalami kamu, tetapi, yang demikian itu hanya sewaktu-waktu
Pembicaraan itu kedengaran oleh ‘Imran bin Hushain, maka timbullah keinginannya, dan seolah-olah ia bersumpah pada dirinya tidak akan berhenti  dan tinggal diam, sebelum mencapai tujuan mulia tersebut, bahkan terpaksa menebusnya dengan nyawanya sekalipun, ia menginginkan kehuidupan yang utuh dan padu, terus-menerus dan tiada henti-hentinya memusatkan perhatian dan berhubungan selalu kapada Alloh SWT.
Di masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khattab, ‘Imran dikirim oleh khalifah ke Bashrah untuk mengajari penduduk dan membimbing mereka mendalami Agami. Demikianlah Bashrah ia melabuhkan tirainya, maka demi dikenal oleh pendudk, mereka pun datang mengambil berkah dan meniru teladan ketaqwaannya.
Berkata Hasan Basri dan Ibnu Sirin:
“Tidak seorangpun diantara shahabat-shahabat Rasul saw. yang datang ke Bashrah lebuh utama dari ‘Imran bin Hushain”.
Dalam beribadat dan hubungannya dengan Alloh, ‘Imran tak sudi diganggu oleh sesuatu apapun, ia menghabiskan waktunya dan seolah-olah tenggelam dalam beribadah kepada Alloh SWT. hingga seakan-akan ia bukan penduduk bumi yang didiaminya ini lagi, sungguh seolah-olah ia adalah malaikat , yang hidup di lingkungan Malaikat, bergaul dan berbicara dengannya, bertemu muka dan bersalaman dengannya.
Dan tatkala terjadi pertentangan tajam diantara Kaum Muslimin, yaitu antara golongan Ali dan Mu’awiyah, tidak saja ‘Imran bersikap tidak memihak, bahkamn juga ia meneriakkan kepada ummat agar tidak ikut campur dalam perang tersebut, dan agar membela setra mempertahankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Katanya pada mereka:
“Aku lebih suka menjadi penggembala rusa dipuncak bukit sampai aku meninggal, daripada melepas anak panah keslalah satu pihak, biar meleset atau tidak”.
Dan kepada orang-orang Islam yang ditemuinya, diamanatkannya:
“Tetaplah tinggal di masjidmu, dan jika ada yang memasuki masjidmu, tinggallah dirumahmu, dan jika ada lagi yang hendak merampas harta atau nyawamu, maka bunuhlah dia”.
Keimanan ‘Imran bin Hushain membuktikan hasil gemilang. Ketika ia mengidap suatu penyakit yang selalu mengganggunya selama 30 tahun. Tak pernah ia meras akecewa atau mengeluh. Bahkan tak henti-hentinya ia beribadat kepada Alloh, baik di waktu berdiri, diwaktu duduk dan berbaring.
Dan ketika para shahabatnya dan orang-orang yang menjenguknya datang dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu, ia tersenyum sambil berkata:
“Sesungguhnya barang yang paling kusukai, ialah apa yang paling disukai Alloh”, dan sewakttu ia meninggal, wasiatnya kepadam kaum kerabatnya dan para shahabatnya ialah:
“Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, mak sembelihalh hewan dan adakanlah jamuan”.
Memang, sepatutnyalah mereka menyembelih hewan dan mengadakan jamuan, karena kematian seorang Mu’min seperti ‘Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yang sesungguhnya, itu tidak lain dari pesta besar dan mulia, dimana suatu ruh yang tinggi yang ridlo dan diridloi-Nya diarak kedalam surga yang besarnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Ikhwan dan Akhwat yang berbahagia dan selalu dalam lindungan Alloh SWT. dari cerita diatas kita bisa meneladani dari sifat seorang sahabat Rasululloh yang selalu mengikat janjinya dan tidak pernah mengkhianati sumpahnya sendiri. Dia selalu beribadah kepada Alloh sepanjang waktu, seakan-akan dia adalah seorang malaikat yang selalu mematuhi perintah Alloh dan selalu menjauhi larangan-Nya, tapi memang dari cerita itu dia benar-benar seperti seorang malaikat yang selalu beribadah kepada Alloh dan dia selalu merasa nikmat saat berhubungan dengan Alloh SWT.
Shahabat, mari kita teladani apa yang telah dicontohkan ‘Imran kepada kita, walaupun kita tidak bias menjalankan seperti apa yang dilakukan ‘Imran, tapi setidaknya kita selalu berusaha untuk selalu menjalankan apa yang menjadi kewajiban seorang muslim dam muslimah dalam menjalankan perintah Alloh. Kita bias memulainya dengan hal-hal kecil seperti selalu berusaha mengingat Alloh dimanapun kita berada, selalu menjaga kesucian diri dengan berwudlu, selalu mengawali suatu tindakan positif dengan membaca Basmalah, menjalankan sholat-sholat sunnah setelah sholat fardlu, selalu membaca doa sebelum dan sesudah makan, tidur, pokoknya doa-doa yang kita dapat saat kita di bangku MI/MTS/MAN sederajat, agar ilmu yang kita dapat dari dulu bermanfaat dan membawa berkah bagi hidup kita, yah.. setidaknya kita memiliki suatu ibadah yang kita lakukan dan kita selalu ISTIQOMAH dalam melakukannya. Usahakan selalu meng-ISTIQOMAHkan setiap hal-hal kecil yang kita kerjakan setiap harinya. Dan lakukan semua itu karena Alloh dan jangan hanya karena ingin dipuji.
Jangan bergantung kepada orang lain, karena bayangan kita saja meninggalkan kita saat gelap
_Semoga Bermanfaat_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar