Rabu, 04 Februari 2015

Ember Retak


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_Ember Retak_
Seorang Kakek yang sudah tua, ia memiliki 2 buah ember kayu yang ia gunakan sebagai wadah air yang dicarinya, ember itu ia pikul di pundak dengan menggunakan sebatang bamboo.
Salah satu dari ember yang dimilikinya itu retak, karena memang ember itu sudah sangatlah lapuk dengan seringnya digunakan untuk wadah air, sedangkan ember yang satunya masih utuh, tidak retak(bocor), dan selalu memuat air hingga penuh.
Setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, Kakek itu baru tahu bahwa air diember kayu yang retak itu tinggal setengah bagian saja.
Selama dua tahun, kejadian itu berlangsung setiap hari, dimana Kakek itu membawa pulang air hanya 1 ½ ember.
Tentunya Si ember kayu yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya,namun ember yang retak merasa malu akan kekurangannya dan merasa berkecil hati, sebab hanya bias memenuhi separuh dari kewajibannya.

‘Imran bin Husnain


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_‘Imran bin Husnain_
(Menyerupai Malaikat)
Di tahun perang Khaibarlah ia datang kepada Rasululloh saw. untuk dibai’at, dan semenjak itu, ia menaruh tangan kanannya ditangan Rasul , maka tangan kanannya beroleh penghormatan besar, hingga bersumpahlah ia pada dirinya sendiri tidak akan menggunakannya kecuali untuk perbuatan utama dan mulia.
Pertanda ini merupakan suatu bukti jelas bahwa pemiliknya mempunyai perasaan yang halus.
‘Imran bin Hushain r.a. merupakan gambaran yang btepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan keshalehan serta mati-matian dalam mencintai Alloh dan menaati-Nya. Walaupun ia mendapat petunjuk dan taufik Alloh yang tidak terkira, tetapi ia sering menangis mencucurka air mata, ratapnya: “Wahai, kenapa aku tidak menjadi debu yang diterbangkan angin saja..”
Orang-orangitu takut kepada Alloh bukanlah karena banyak melakukan dosa, setelah menganut Islam, boleh dibilang dosa mereka sedikiy sekali, mereka takut dan cemas karena menilai keagungan dan kesabaran-Nya, bagaimanapun mereka beribadat ruku’ dan sujud, tetapi ibadatnya dan syukurnya itu belumlah memadai ni’mat yang telah mereka terima.

Abu Sufyan bin Harits


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_Abu Sufyan bin Harits_
(Habis Gelap Terbitlah Terang)
Ia adalah Abu Sufyan bin Harits, bukan Abi Sufyan bi Harb ayah Mu’awiyah. Kisahnya merupakan kisah kebenaran setelah kesesatan, saying setelah benci dan bahagia setelah celaka, yaitu kisah tentang rahmat Alloh yang pintu-pintu-Nya ter buka lebar, demi seorang hamba menjatuhkan diri di haribaan Alloh, setelah penderitaan yang berlarut-larut.
Coba kalian bayangkan, selama kuarang lebih 20 tahun yang ia lalui dalam kesesatan memusuhi dan memerangi Islam, yaitu semenjak dibangkitkan-Nya Nabi saw. sampai dekat hari pembebasan Mekah yang terkenal itu, selama itu Abu Sufyan menjadi tulang punggung Quraisy dan sekutu-sekutunya, mengubah syair-syair untuk menjelekkan serta menjatuhkan Nabi, juga selalu mengambil bagian dalam peperangan yang dilancarkanterhadap Islam.
Saudaranya ada tiga orang, yaitu Naufal, Rabi’ah, dan Abdulloh, semuanya telah lebih dulu masuk Islam. Dan Abu Sufyan ini adalah saudar sepupu Nabi, yaitu putra dari pamannya Harits bin Abdul Mutthalib. Disamping hari disusukan oleh ibu susu Nabi, Halimatus Sa’diyah.
Pada suatu hari nasib mujurnya membawanya kepada peruntungan membahagiakan. Dipanggilnya putranya Ja’far dan dikatakannya kepada keluarganya bahwa mereka akan bepergian. Dan waktu ditanyakan kemana tujuannya, jawabnya adalah:
“Kepada Rasululloh, untuk menyerahkan diri bersama beliau kepada Alloh.”

‘Abbad Bin Bisyri


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_‘Abbad Bin Bisyri_
(Selalu Disertai Cahaya Alloh)
Ketika Mush’ab bin Umeir tiba di madinah sebagai utusan dari Rasululloh saw. untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah Ba’iat kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan sholat, maka ‘Abbad bin Bisyri r.a. adalah seorang budiman yang dibukakan hatinya oleh Alloh SWT untuk menerima kebaikan. Ia datang menghadiri majlis Mush’ab dan mendengarkan da’wahnya, lalu diulurkan tangannya mengangkat bai’at memeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama diantara orang-orang Anshar yang diridhoi oleh Alloh serta mereka ridho kepada Alloh.
Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu’min tiba disana. Dan mulailah terjadi peperangan-peprangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan ummat Isalm. Kekuatan gelap dan cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan pembawa kejahatan. Dan pada setiap peperangan iti ‘Abbad bin Bisyri berada di barisan yang terdepan, berjihad di jalan Alloh SWT dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan.
Setelah Rasululloh saw. dan Kaum Muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam disana, Rasululloh saw. memilih beberapa orang shahabatnya untuk berkawal secara bergiliran. Diantara mereka terpilih ‘Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyri yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh ‘Abbad bahwa kawannya ‘Ammar sedang lelah, diusulkannyalah agar ‘Ammar tidur terlebih dahulu dan ia akan berkawal. Dan nanti bila ia mendapatkan istirahat yang cukup, maka giliran ‘Ammar berkawal menggantikannya.
Tiba-tiba sementara ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Qur’an setelah Al-Fatihah, sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya, maka dicabutnya anak panah itu dan di teruskannya sholat.

Salamah Bin Al-Akwa'


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_
_Salamah Bin Al-Akwa’_
(Pahlawan Pasukan Jalan Kaki)
Putranya Iyas ingin menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam suatu kalimat singkat, katanya:
“Bapakku tak pernah berdusta”, memang untuk mendapatkan kedudukan tinggi diantara orang-orang shaleh-shaleh dan budiman, cukuplah bagi seseorang dengan memiliki sifat-sifat ini. Dan Slamah bi Al-akwa’telah memilikinya, suatu hal yang memang wajar baginya.
Salamah salah seorang pemanah bangsa Arab yang terkemuka, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan, dan ketika ia menyerahkan dirinya menganut Agama Islam, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati, hingga ditempalah oleh Agama itu sesuai dengan coraknya yang agung.
Salamah bin al-akwa’ termasuk pula tokoh-tokoh Bai’atur Ridwan.
Ketika pada tahun 6 H. Rasululloh saw. bersama para shahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah tetapi dihalangi oleh orang-orang Quraisy, maka Rasululloh saw. mengutus Utsman bin ‘Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-sekali bukan untuk berperang.
Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraisy.Rasululloh saw. lalu duduk dibawah naungan sebatang pohon m,enerima bai’at sehidup emati dari shahabatnya seorang demi seorang. Berceritalah Salamah:
“Aku mengatakan bai’at kepada Rasululloh saw. di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak berapa banyak lagi, Rasululloh saw. bertanya:
Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut bai’at?
”Aku telah bai’at, wahai Rasululloh saw.”, ujarku.
Ulanglah kembali”, titah Nabi. Maka kuucapkan bai’at itu kembali”.
Dan Salamah telah memenuhi isi bai’at itu sebaik-baiknya, bahkan sebelum diikrarkan nya, yakni semenjak ia mengucapkan dua kalimat syahadat, itu berarti dia  telah dinai’at.
Kata Salamah:
“Aku berperang bersama Rasuluuloh sebanyak tujuh kali dan bersama Zaid bin Harits sebanyak sembilan kali”.

Minggu, 01 Februari 2015

Perpisahan Roh dengan Jiwa



_مِرَاةُالحَافِظَةُ
__Perpisahan Roh dengan Jiwa_

Dalam sebuah hadist dari Aisyah r.a. beliau berkata, “Ketika aku sedang duduk bersila dirumah, tiba-tiba Rasululloh saw. datang dan masuk sambil memberi salam padaku. Aku segera berdiri, karena menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu beliau masuk kedalam rumah.”
“Duduklah, tidak usah berdiri, wahai Ummul Mukminin,” kata Rasululloh.
Kemudian Rasululloh saw. duduk seraya meletakkan kepalanya dipangkuan Aisyah, lalu berbaring dan tertidur.
Saat itu Aisyah mencabuti uban pada janggut Rasululloh, dan ia mendapatkan 19 rambut yang sudah putih. Dalam pikirannya Rasululloh akan meninggal dunia sebelum dirinya, sehingga bertambah satu yang ditinggalkan oleh nabinya.
Aisyah menangis, dan air matanya jatuh menetes mengenai wajah Rasululloh. Hal itu membuat beliau terbangun dari tidunya.

Sifat Penyabar Rasululloh saw


_مِرَاةُالحَافِظَةُ_

_Sifat Penyabar Rasululloh saw_

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahuidi yang buta. Setiap hari apabila ada orang yang mendekati ia selalu berkata, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya”
Setiap hari Rasululloh mendatanginya dengan membawa makanan tanpa berkata sepatah kata pun. Rasululloh juga menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad, tapi Rasululloh tetap diam, tanpa mengatakan kata apapun dan tidak pernah merasa marah kepada pengemis itu. Rasululloh melakukannya hingga menjelang beliau wafat.
Setelah Rasululloh wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan sarapan kepada pengemis Yahudi yang buta itu. Suatu hari Abu Bakar r.a. berkunjung kerumah putrinya Aisyah r.a. beliau bertanya, “Anakku adakah sunah kekasihku yang belum aku kerjakan?,” Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunah. Hampir tidak ada satu sunah pun yang belum ayah lakukan, kecuali satu sunah saja.” ”Apakah itu?” tanya Abu Bakar r.a. “Setiap pagi Rasululloh selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk pengemis Yahudi buta yang berada disana.” Kata Aisyah.